Sebuah Epistemologi Komunikasi
Masa Depan Komunikasi, Masa Depan
Indonesia. Adalah tema Konferensi Nasional Ilmu Komunikasi yang sedang
berlangsung di Lombok 18-20 November 2014. Sayang belum ada kesempatan untuk
hadir dan ikut serta memberikan sumbangsi dan kritik terhadap Ilmu Komunikasi
dalam ajang yang sangat penting tersebut. Mudah-mudahan di lain kesempatan.
Aamiin.
*****
Kita pada saat ini sedang berada
dalam sebuah era peradaban manusia yang sangat maju. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin berkembang dengan segala kebaruan dan bentuk inovasinya.
Kondisi yang mengubah cara manusia bekerja, berproduksi dan mengonsumsi
berinteraksi atau bersosialisasi dengan kehidupan sosialnya atau bahkan
mengubah cara beribadah (ritual).
Manusia berhutang budi pada ilmu
pengetahuan yang sudah memberikan berbagai kemudahan dan manfaat untuk
kehidupan. Karena pada sisi
aksiologisnya tentu ilmu pengetahuan haruslah mempunyai standar nilai dan
kegunaan untuk manusia seperti, memberantas kebodohan, mengurangi kemiskinan,
menciptakan keteraturan/ketertiban, menawarkan kebahagian untuk manusia. Itulah
standar aspek aksiologi ilmu pengetahuan. Lalu pernyanyaannya adalah, apakah
ilmu pengetahuan yang ada saat ini sudah memenuhi standar aksiologi tersebut?
Saya jadi ingin mengungkapkan kembali kegalauan yang dirasakan oleh Albert
Einstein bahwa seharusnya semakin berkembang ilmu pengetahuan maka manusia
haruslah semakin bahagia, sejahtera dan semakin damai. Tapi Einstein tidak
merasakan dampak ilmu pengetahuan seperti apa yang diharapkannya, melainkan
sebaliknya.
Dengan sedikit pesimis namun
tetap dibalut rasa optimistis, saya melihat kegalauan Einstein bisa kita
saksikan dengan mata telanjang pada realita era ini. Semakin berkembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, semakin memunculkan semangat manusia untuk meraih
berbagai kemudahan dan kesenangan hidup. Sehingga, pada akhirnya budaya yang
terbentuklah adalah budaya berlomba-lomba mengumpulkan segala materi yang bisa
memberikan kemudahan dan kenikmatan. Akibatnya muncul iklim persaingan, rasa
ingin mendahului satu sama lain, ingin mendominasi dan menguasai, rasa takut
jika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, memiliki ambisi yang tidak bisa
dikontrol. Yang terpenting adalah faktor kemudahan dan kenikmatan bisa
dikumpulkan. Pemandangan kota pun mulai menyakitkan mata dan menyulut emosi
dengan kemacetan, hiruk pikuk aktivitas kantor yang membuat banyak orang
depresi, belum lagi pergaulan bebas yang tidak hanya terjadi di kalangan remaja
saja, tapi juga terjadi di kalangan anak-anak dan dewasa bahkan kalangan orang
tua, angka kriminalitas semakin bertambah.
Ada apa dengan ilmu pengetahuan?
Kok bisa ilmu pengetahuan menggeser nilai-nilai yang dikandungnya? Apa yang
salah dengan ilmu pengetahuan? Sepertinya ada satu sistem dari sistem besar
kehidupan yang korslet. Mesti ditemukan benang merah untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang semakin parah. Lalu sistem apa yang yang
dimaksud sebagai bagian dari sistem besar kehidupan? Benang merah apa yang sudah
mulai terdeteksi?
Tidak bermaksud bersikap tendensi
terhadap latar belakang ilmu pengetahuan saya, ini hanyalah postulat atau
aksioma dasar yang menjadi tanggungjaab bersama untuk membuktikannya. Postulat
tersebut menyebutkan bahwa bagian sistem besar atau benang merahnya adalah “Komunikasi”
baik dalam teoritis maupun praktis. Komunikasi sudah bagi saya adalah bagian
dari sistem besar kehidupan ini, jika tidak ada keseimbangan dalam sistem besar
ini yang terjadi adalah ketidakseimbangan/ketidakteraturan kehidupan. Komunikasi
adalah proses mengerti dan memahami dunia, mengerti dan memahami manusia,
mengerti dan memahami lingkungan, mengerti dan memahami diri sendiri, mengerti
dan memahami Tuhan. Proses sistem mengerti dan memahami ini yang selama ini ada
gangguan (noise) dalam sistem besar kehidupan. Sistem ini yang harus ditanamkan
kepada semua penduduk bumi.
Saya lebih suka menyebut sistem tersebut
sebagai Global Communication System atau
Universal Communication System. Bahwa
sudah saatnya Ilmu Komunikasi menjadi a
hold all civilization system yang bisa mewujudkan keteraturan atau
ketertiban kehidupan. Secara teoritis Ilmu Komunikasi bukan hanya milik
disiplinnya sendiri melainkan milik semua disiplin ilmu pengetahuan dan secara
praktis ilmu komunikasi harus menjadi dasar dan pertimbangan setiap orang dalam
mengambil keputusan untuk diri sendiri dan orang lain dengan membudayakan sikap
untuk mengerti dan memahami. Komunikasi menjadi sebuah jawaban yang mampu mencerahkan
kehidupan.